• Skip to primary navigation
  • Skip to content
  • Skip to primary sidebar
  • Skip to footer
  • Gema ID
  • Login

Nusantara

Portal Informasi Nusantara Online Terpercaya

  • Ragam
  • Wisata
  • Politik
  • Lifestyle
  • Sport
  • Infotainment
  • Jaringan
    • SULSEL
Home / Opini / Erick dan Politik Transformasional
Eric Tohir wajah Erik Tohir yang indah dan rupawan jadi Timses
Erick Tohir

Erick dan Politik Transformasional

9 September 2018 - Subarman Salim

  • 14shares

Gema – Kita mendengar nama Erick disebut dalam sebuah konferensi pers kandidat presiden tanggal 7 September kemarin. Seorang dengan talenta luar biasa ditunjuk oleh kubu Jokowi sebagai ketua tim pemenangan. Apa keistimewaan sosok yang lebih dikenal sebagai pebisnis ini? Mampukah ia menerjemahkan visi bisnis ke dalam dunia politik yang unpredictable?

Seorang ketua tim sukses, harus punya riwayat sukses. Kira-kira begitu rumusan sederhananya. Nah, kini Erick sudah menunjukkan kapasitasnya sebagai ketua penyelenggara even sekelas Asia, yang sukses mengangkat citra Indonesia. Asian Games dibawah komando Erick adalah wujud energy Asia yang membuka mata dunia.

Dikaitakan dengan PSSI

Sebelum sukses dengan Asian Games 2018, nama Erick Tohir menjadi perbincangan luas saat mengambilalih kepemilikan Inter Milan dari Moratti, 2013 silam. Orang Indonesia pertama yang berhasil masuk ke dalam bisnis sepak bola sekelas Seri A. Sebelumnya, kita mendengar Taksin Sinawatra, mantan Raja Thailand, orang Asia Tenggara pertama yang mengambil bagian dari panasnya Liga Inggris saat membeli saham Manchester City. Butuh keberanian tersendiri terlibat dalam pertarungan bisnis Liga Italia yang dikenal sebagai sarang mafia.

Berkat keberaniannya membeli Nerazzuri yang baginya mungkin hanya sebuah keputusan bisnis, Erick Tohir mulai dikenal sebagai pebisnis yang punya visi. Namanya sering dikaitkan dengan perbaikan dalam struktur PSSI. Orang berandai, jika saja PSSI dikelola oleh seorang dengan visi, bukan tidak mungkin Indonesia segera menatap Piala Dunia.

Tapi, PSSI sepeninggal Nurdin Halid, belum menunjukkan perubahan berarti. Lepas dari sanksi FIFA, kenyataannya lembaga pengelola sepak bola nasional ini pun belum mampu beranjak dari manajemen yang buruk. Anda bisa bayangkan, bagaimana seorang mantan Panglima TNI mampu menangani organisasi sepak bola sebesar PSSI? Masuknya tentara dan polisi menjadi bagian dari liga professional adalah bukti nyata, sepak bola kita memang sedang sakit parah. Sayangnya, mungkin hanya sedikit yang menyadarinya, alih-alih melakukan protes.

Energi Indonesia

Kembali ke Eric. Bagaimana ia berhasil masuk ke dalam pantauan Jokowi? Atau bisa juga pertanyaannya di balik, bagaimana Jokowi mampu menemukan talenta sekaligus bergabung ke dalam timnya? Ibarat kata, mereka bertemu laiknya jodoh yang telah lama saling mencari. Jokowi yang sukses masuk ke dalam deretan pemimpin berpangaruh dunia, bukan hanya karena keberhasilannya menggenjot pembangunan, tapi ia mampu masuk ke dalam ranah milenial, sebuah ruang yang isinya adalah perubahan yang cepat.

Jokowi milenal? Ya, dan salah satu kuncinya adalah dia tidak bekerja sendiri. Ia seperti dianugerahi orang-orang yang punya dedikasi dan talenta di bidangnya masing-masing. Meski dalam perjalanannya, ada yang pergi dan gagal, justru itu menunjuk sisi lain dari proses transformasi, akan ada orang yang terseleksi, cepat atau lambat. Setidaknya, tuduhan bahwa Jokowi bagi-bagi kekuasaan, dengan sendirinya akan menguap. Seseorang mungkin dijatah menteri, tapi, jika dia tidak bersih, maka tak butuh waktu lama karirnya akan selesai. Tak jujur bekerja sama dengan Jokowi, kelar hidup lo…

Ya, Jokowi telah berhasil mencitrakan diri sebagai pemimpin mileneal, sekaligus mengenalkan kepada kita bahwa kini adalah era mileneal. Memilih Erick tentu bukan karena pertimbangan ‘muda’. Dalam skuadnya, Jokowi memiliki sosok yang sudah tua namun kinerja mereka adalah yang terbaik. Dalam timnya, ada Ibu Susi yang mengurusi laut, Pak Basuki yang menggenjot infrastruktur, Ibu Retno yang menguatkan hubungan internasional, Ibu Sri Mulyani yang menguatkan pondasi keuangan negara.

Jelas, orang-orang hebat itu direkrut bukan karena tekanan atau pesanan politik. Mereka bukan pengurus partai tertentu. Mereka adalah energy Indonesia yang sedang terlibat dalam sebuah visi kerja, kerja, kerja.

Waktu yang tepat

Ada yang berasumsi, saat Jokowi memilih Erick, maka potensi kisruh koalisi partai pendukung yang memamg seringkali membuat pening, bisa menjadi jawaban. Sebagaimana keputusan memilih Ma’ruf Amin sebagai calon pendapingnya. Erick, sekali lagi menjadi jawaban atas keputusan-keputusan Jokowi yang tak terduga, bahwa langkah-langkah politiknya selalu tidak monotafsir. Ia menunjukkan gaya politik transformasional. Jokowi selalu menemukan amunisi-amunisi segar dalam setiap langkah-langkah politik yang ia tempuh.

Erick adalah amunisi baru yang memang menjadi sorotan. Bukan hanya karena ia telah membuktikan diri sebagai professional. Tapi, kelompok oposan memang patut waspada, jika Sandiaga yang selama ini berhasil dicitrakan sebagai pebisnis, maka Sandi sangat paham siapa Erick. Ia ada di dalam perusahaan media sekelas Jak Tv, TV One dan Republika.

Terlepas dari deretan perusahaan dan kesuksesan dalam penyelenggaraan even besar, Erick hanyalah satu sel dari arus besar yang sedang mengalir, politik transformasional. Dalam politik transformasional, peran-peran diisi oleh orang yang tepat dan di waktu yang tepat.

Jadi, kekuatiran kita oleh desakan politik transaksional kini sudah punya penangkal. Kini, hanya soal waktu politik kita akan bergerak lebih positif dan konstruktif. Kampanye rasis mungkin masih ada, biarlah itu tetap dikonsumsi oleh mereka yang memang tidak senang perubahan, mereka yang susah melihat orang lain senang.

Karena pada waktunya, politik transaksional akan ditinggalkan. Orang-orang akan memahami bahwa politik bukan soal identitas, bukan tentang mayoritas-minoritas, tapi ini tentang bagaimana bekerja dan mengambil peran bersama untuk menguatkan bangsa-negara.

  • 14shares

Bacaan Terkait

  • Prabowo dan SBY sepakat Koalisi di Pilpress 2019
    SBY dan Prabowo Subianto Jalin Kesepakatan dan Kerja Sama Politik dan Koalisi di Pilpress 2019
  • Soal Mahar Politik, Demokrat: Hal yang Telah Selesai
  • Menristek Dikti Angkat Bicara Soal Kandidat yang Bawa Politik Praktis di Kampus

Filed Under: Opini Tagged With: Erick Tohir, Ketua Timses, pilpres2019, PSSI, Timses, Timses Jokowi-Ma'ruf Amin

Jangan Lewatkan

Reader Interactions

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Primary Sidebar

Opini Nusantara

Wewey dan Dua Sisi Indonesia

Wewey dan Dua Sisi Indonesia

Subarman Salim

Ahok Basuki Tjahya Purnama Mantan Gubernur Jakarta

Welcome Back, Basuki Tjahaja Purnama

Subarman Salim

Relawan Jokowi, jangan ajak tapi harus siap berantem

WAPRES?, Jokowi Mau yang Berani Berantem

Subarman Salim

Deklarasi Ganti Presiden Jokowi

Teriakan Sakit Hati dari Makassar

Subarman Salim

Journalisme

Tarif 80 Juta, Harga untuk ‘Jurnalis Lalat’

Subarman Salim

Gema.id

Trending

Bukalapak dan Achmad Zaky
Menilik Kekuatan Hastag Uninstal Bukalapak di Era Industri 4.0 dan Prasa Presiden Baru Achmad Zaky
Laman Depan Situs BUkalapak
Yakin Ingin Uninstall Bukalapak? Oppo R17 Pro Dibanderol 12 Ribu Rupiah, Diskon 75.000 Persen
Serie A : Prediksi Juventus vs Frosinone 16 Februari 2019
Serie A : Prediksi Juventus vs Frosinone 16 Februari 2019
Jika Terpilih, Prabowo Janji Turunkan Harga Sembako dalam 100 Hari Masa Jabatan
Prabowo Minta Sandiaga Uno Tidak Ikut ke Lokasi Debat Capres
Maudy Koesnaedi Telah Dapat Dukungan Sang Suami untuk Perankan Biarawati
Maudy Koesnaedi Telah Dapat Dukungan Sang Suami untuk Perankan Biarawati

Footer

Link situs

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Kontak
  • Info Iklan
  • Kebijakan Privasi

Copyrgiht ©2019 · Gema.id - All Rights Reserved · Pedoman media siber